Tersenyumlah... Allah mencintaimu lebih dari yang kamu perlu>_<
(Tasaro, Galaksi Kinanthi: Sekali Mencintai Sudah itu Mati?)
 

Ya Rabb ku tumpahkan semua resahku dipangkuanMu>_<

Air matapun terjatuh menyentuhmu


Berdiri di antara deretan gedung-gedung berlantai tiga dengan warna cat yang mulai usang, tanaman-tanaman yang biasanya menambah hijau kompleks kampus itu mulai menguning dan menggugurkan daun-daun yang mengering seiring musim kemarau yang tak lelah menemani tiap detik waktu di kota ini. 
Perempuan berkulit sawo matang dengan pakaian khas bernuansa islami dengan tas rangsel dan buku-buku tebal ditenteng sambil berjalan terburu-buru memasuki salah satu ruangan yang sedari hening bak tak berpenghuni. Ku tersenyum lirih sambil berjalan lambat menuju salah satu gedung dibagian depan kompleks itu, gedung yang penuh dengan mahasiswa dan dosen-dosen yang lalu lalang keluar masuk ruangan yang berjejer dalam gedung super sibuk tersebut, ku tengadah dihadapannya masih dengan tulisan yang sama tapi dengan warna cat yang telah diperbaharui.
Ku percepat langkahku menuju sebuah ruangan kecil dibawah tangga tepat didepan pintu utama gedung itu. Dan kemudian berhenti sejenak tepat dihadapannya, mecari-cari wajah lama yang mungkin masih dapat terbaca oleh memoriku. 
Ku telusuri satu persatu wajah-wajah yang sedari tadi memandangiku dengan penuh tanda Tanya, mungkin mereka bertanya siapa orang asing ini,sedari tadi hanya berdiri dan memandangi kami,hmmm……pandangan hangat tak lagi ku temui disana,hanya rasa terasing yang entah dari mana datangnya,serasa dihakimi telah lama tak menjenguk tempat ini,sungguh sudah terlalu lama tak menegokmu,maaf….yaaa hanya kata maaf yang mampu ku ucapkan itupun hanya terucap lirih tanpa ku izinkan satu orangpun yang mengetahuinya,cukup kau saja yang mendengarkanku.
Ku langkahkan kakiku sambil mengamati tiap detil dirimu, karpet yang telah usang, sampah kertas berserakan, tumpukan barang-barang dihampir setiap sudutmu, album foto yang menyimpan kenangan orang-orang yang begitu mencintaimu tersusun tanpa abjad, berbau apek,usang penuh debu terkesan tak terpedulikan. Foto-foto kepengurusan masih terpampang rapi ditembok-tembokmu yang telah menguning, dihiasi sisa-sisa sarang laba-laba. Tapi bagi kami,inilah dirimu yang begitu kami hormati, tempat setiap mimpi terimpikan hingga kau semangati kami dengan nafasmu untuk menggejarnya walau kami harus meninggalkanmu dan mengamanahkanmu pada mereka yang kami anggap mampu lebih membaikkanmu. 
Masih teringat jelas kala kami terhipnotis oleh gaung acara kebanggaan kami disetiap tahunnya, kau menjadi tempat yang tak pernah rapi dan sepi, 24 jam seharinya kau menemani kami, tak pernah mengeluh membuatmu semakin terlihat tak beraturan, tak membiarkanmu tenang sedikitpun karna suara-suara kami dari diskusi, marah, kesal, bercanda hingga bahagia, kami  tumpahkan di pelukanmu.
Bahagiakah kau dengan mereka kini, 
mengertikah mereka akan inginmu?
lebih cinta kah mereka padamu…?
setiakah mereka menjagamu ?
Tak terasa air mataku jatuh menyentuh lantaimu,
maaf……… ku terlalu merindukanmu
merindukan kau yang dulu, ditempat yang lebih sederhana dari ini,
namun begitu menenangkan kami
saat bersandar di pundakmu,
kala ada begitu banyak mimpi yang sulit kami wujudkan
untukmu
kau adalah tempat pertama yang ku kenal
dan tempat terakhir pula ku pijakkan kakiku sebelum meninggalkan kampus ini
kau yang mengajarkanku ilmu hidup yang luar biasa
kebersamaan yang berharga juga
cinta yang luar biasa

“selalu bersama satu rasa satu kata
gapai semua asa pertahankan citra hima…..”

potongan syair himne mu
yang slalu kami nyanyikan kala semangat meredup,
saat bahagia larut dalam kebersamaan yang seolah tak ingin kami akhiri dan memang tak pernah ingin kami akhiri.

ku ngelayut merindukanmu

ku balikkan tubuhku meninggalkanmu
setelah lama memandangimu
tak usah ku verbalkan rasaku
karna ku tahu kau pasti memahami setiap tatapanku

ku teryakinkan dan
menegaskan  langkah kakiku
meninggalkanmu, setelah kau berbisik padaku
“mereka akan menjagaku dengan kebaikan yang mengindahkanku”
“tak usah kau cemas karna air mata kalian tak berderai sia-sia, tawamu slalu ku rindukan dan  semangatmu kan ku sisipkan dihati setiap pencintaku agar ia tetap hidup, seperti ku menyisipkan semangat  pencintaku sebelum masamu untuk mu”

(Kamis/6 oktober 2011,saat hari terakhir BODY’11 digelar di HIMABIO FMIPA UNM)








senyumku

Dan saat romantisme malam semakin pekat,
ku tengadah ke langit dan mengukir senyumku di sana....


 

Mandalawangi Pangrango

Senja itu,
            Ketika matahari turun ke dalam jurang-jurangmu
            Aku datang kembali ke dalam ribaanmu
            Dalam sepimu dan dalam dinginmu

Walau setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna,
            Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan,
            Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
            Seperti kau terima dalam daku

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada,
Hutanmu adalah misteri segala
            Cintaku dan cintamu adalah kebisuan semesta

Malam itu,
Ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi,
Kau datang kembali berbicara padaku
            Tentang kehampaan semua

Hidup adalah soal keberanian,
            Menghadapi tanda tanya tanpa kita mengerti
            Tanpa kita bisa menawar
            Terimalah dan hadapilah

Dan diantara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
            Aku terima ini semua
            Melampaui batas hutan-hutanmu
            Melalui batas-batas jurangmu

Aku cinta padamu, Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup

~*Soe Hok Gie*~
   [19 Juli 1966]


Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?
(kutipan puisi PESAN by Soe Hok Gie)

Apakah yg lebih mengecewakan daripada harapan yang hilang?

soe hok gie

Cari

 
Rinai Hujanku Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger